PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Karena ilmu merupakan jalan menuju surga,
maka ilmu mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Karena itu
orang-orang yang berilmu menempati kedudukan yang tinggi disisi Allah swt,
bahkan mendekati kedudukan para Nabi. Semua muslim diwajibkan menuntut ilmu
agar aqidahnya tidak tersesat, ibadahnya benar, dan perilakunya sesuai
syari’at.
Menuntut
ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap orang Islam selama hayat masih
dikandung badan. Untuk menunjukkan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu untuk
menuntut ilmu. Sikap disiplin mutlak diperlukan
dalam meraih cita-cita.
Dalam
kehidupan seororang muslim, waktu merupakan karunia yang tidak bisa terbelih
dibandingkan harta dan yang lainnya. Mengoptimalkan waktu untuk ketaatan kepada
Allah swt, merupakan modal kemanfa’atan kehidupan dunia dan akhirat sehingga
mewujudkan keselamatan bagi dirinya. Menyia-nyiakan waktu dengan membiarkannya
berlalau tanpa makna, berarti kesengsaraan dan kebinasaan bagi dirinya. Kita
harus berusaha untuk memenafaatkan waktu sebaik-baiknya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
kandungan hadist tentang menuntut ilmu?
2.
Bagaimana
kandungan hadist tentang menghargai waktu?
3.
Bagaimana
penerapan kandungan hadist tentang menuntut ilmu dan menghargai waktu dalam
kehidupan sehari-hari?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui kandungan hadist tentang menuntut ilmu
2.
Untuk
mengetahui kandungan hadist tentang menghargai waktu
3.
Untuk
mengetahui penerapan kandungan hadist tentang menuntut ilmu dan menghargai
waktu dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anjuran
menuntut ilmu
عن
معاوية بن ابي سفيان قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : من يرد الله خيرا يفقهه
في الدين.
Dari Mu’awiyah Bin Abu Sufyan, dia berkata : Rasulullah SAW
berkata, “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya niscaya
Allah pahamkan dia dalam agamanya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Yufaqqihhu :
artinya memahamkannya. Al-Fiqh asalnya adalah pemahaman. Dikatakan faqiha
ar-rajulu dengan mengksrah artinya paham dan mengetahui. Dan faquha
yafquhu dengan mendhomah jika menjadi seorang yang faqih dan alim. Menurut urf
(kebiasaan) ialah khusus berkenaan dengan ilmu syari’at dan dikhususkan
dengan ilmu cabang darinya.
Hadits
Riwayat Ibnu Abdil Bar[1]
عن انس رضي الله عنه ان النبي صلي
الله عليه وسلم قال : اطلبواالعلم ولوبالصين فان طلب العلم فريضة علي كل مسلم ان
الملا ئكة تضع اجنحتها لطالب العلم رضابما يطلب
Artinya
:
Dari
Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri
Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.
Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut
ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut.” (H.R. Ibnu Abdil Bar)
Hadits di atas
menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi siapa saja sekalipun di tempat
yang jauh, dan malaikat turut senang dan hormat kepada mereka.
Islam sangat memperhatikan dan ilmu
pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya, berprestasi
dan mampu tampil sebagai kholifah yaitu memakmurkan bumi. Dengan ilmu,
manusia mampu beribadah dengan sempurna. Contoh orang Islam diwajibkan shalat,
maka ia harus mengetahui ilmu-ilmu yang berhubungan dengan shalat, begitu juga
dengan puasa, zakat dan haji, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar.
Ilmu itu dibutuhkan dalam segala hal.
[2]
و عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من سلك طريقا
يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنه.
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “barang
siapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudhka
baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim)
Abu Darda tinggal di Damaskus, lalu datang kepadanya seorang lelaki
dari Madinah. Abu Darda berkata kepadanya, “apakah gerangan yang menyebabkan
engkau datang kemari?” lelaki itu menjawab,” tiadalah aku datang kemari
melainkan karena suatu hadis yang pernah kudengar darimu.“selanjutnya Abu darda
menceritakan hadis ini. Para malaikat yang dimaksud di dalam hadis ini adalah
yang telah disebutkan dalam hadis sebelumnya. Mereka berhenti dan mengelilingi
orang-orang yang sedang menuntut ilmu untuk memperoleh bagian dari rahmat Allah
yang diturunkan kepada mereka dan cahayanya.
Demikian itu mereka lakukan mereka rida terhadap perbuatan
orang-orang yang sedang menuntut ilmu dan sebagi penghormatan buatannya. Yang
dimaksud dengan penuntut ilmu ialah penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya.
Makhluk yang dilangit, maksudnya ialah para malaikat yang ada dilangit, mereka
membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan memintakan ampunan buat orang-orang
yang dibumi. Makhluk yang dibumi, maksudnya manusia, jin dan hewan. Al-Hiitaan,
ikan-ikan; permohonan ampun oleh semua makhluk yang telah disebutkan buat orang
yang alim, maksudnya mereka mendoakannya. Demikian itu karena orang yang alim
dengan bimbingan dengan petunjuknya kepada manusia menyebabkan ia disukai Allah
SWT.
Apabila Allah menyukainya, maka turut mencintainya pula semua
malaikat dan makhluknya dan apabila mereka mencintainya maka mereka pasti
mendoakannya. Hal ini ingsaAllah akan kami sebutkan dalam bab akhlak.
و عن
ابي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا
من ثلاث: صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “jika
seorang anak adam meninggal dunia, maka amal perbuatannya terputus kecuali tiga
hal; sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang
mendo’akannya.” (HR. Muslim, Ibnu Majahdan dari Ibnu khuzaimah dari sanad
yang lain)
Anjuran untuk mempersiapkan bekal sebelum mati dengan amal-amal
shalih. Amal-amal shalih yang manfaatnya tetap berlanjut setelah
orangnya meninggal dunia, maka pahalanya tetap mengalir kepadanya. Anjuran agar
melaksanakan amal kebaikan dengan cara wakaf, seperti membangun masjid,
madrasah, membuat sumur, Hatau menanam pohon. Semuanya itu merupakan sedekah
jariyah. Disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang bermanfaat.
Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap berlangsung
sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang
fardhu dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-orang
shalih.[3]
Manfaat menuntut ilmu
Menuntut ilmu diperintahkan dalam Islam. Hal ini membawa manfaat
bagi orang yang menuntutnya. Adapun manfaat menuntut ilmu antara lain sebagai
berikut:
a.
Orang
yang mencari ilmu mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad dijalan Allah
hal ini berdasarkan hadis rasulullah:
عن
انس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : خرج في طلب العلم
كان فى سبيل الله حتى يرجع
Dari Anas r.a rasulullah SAW bersabda, ” orang yang keluar
mencari ilmu, maka ia berada dijalan Allah hingga ia kembali kerumahnya.” (HR.
Tirmidzi)
b.
Orang
yang menuntut ilmu akan mendapat kebaikan yang berlipat ganda. Orang yang
menuntut ilmu diumpamakan lebih baik derajatnya dari pada orang yang melakukan
sholat seratus rakaat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw berikut,
وعن
ابي ذر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا أبا ذر لأن تغدو فتتعلم آية من
كتاب الله خير لك من ان تصلي مائة ركعة, و لأن تغذو فتتعلم بابا من العلم عمل به
أو لم يعمل به خير لك من أن تصلي ألف ركعة.
Dari abu Dzar, dai berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Abu
Dzar, kamu berangkat dipagi hari lalu mempelajari satu ayat dari kitabullah,
lebih baik bagimu dari pada kamu melakuka sholat seratus roka’at dan kamu
berakat dipagi hari, lalu mengajarkan salah sati bab dari ilmu, baik diamalkan
atau tidak, lebih baik darimu dari pada kamu melakukan sholat seratus roka’at.”
(HR. Ibnu Majah) dan sanadnya hasan. [4]
عن
ابن مسعود رضي الله عنه: سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : نضر الله امرأ
سمع منا شيئا فبلغه كما سمعه, فرب مبلغ أوعى من سمع.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. aku mendengan Rasulullah SAW bersabda, “semoga
Allah memberikan keindahan kepada seseorang yang mendengar sesuatu dari kami,
lalu ia menyampaikanya sebagaimana yang ia dengar. Berapa banya orag yag
disampaikan lebih memahami dari yang mendengar.” (HR. Abu Daud) serta
dinilai Shahih oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban dan lafadznya. “Semoga Allah merahmati.”
عن
انس بن ملك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة
على كل مسلم, وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجواهر و اللؤلؤ والذهب.
Dari Anas Bin Malik r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “menuntut
ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan orang yang memberikan ilmu
kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengikatkan batu permata, mutiara
dan emas pada babi.” (HR. Ibnu Majah)
وعن
ابن عباس رضي الله عنهما: قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من جاء أجله وهو
يطلب العلم لقي الله لم يكن بينه و بين النبيين إلا دراجة النبوة.
Dari Ibnu Abbas
r.a. dia berkata: Rasulullah bersabda, barang siapa yang ajal datang
menjemputnyasementara dia sedang menuntut ilmu, maka dia akan bertemu dengan
Allah dan tidak ada di antara dirinya dan para Nabi kecuali derajat kenabian.”(HR.
Ath-Thabrani) didalam al-ausath.
و عن
سهل بن معاد بن أناس, عن أبيه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من علم علما
فله أجر من عمل به لا ينقص من أجر العامل شيء.
Dari Sahal Bin Mu’adz bin Anas dari bapaknya, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “barang siapa yang engajarkan suatu ilmu, maka baginya pahala
orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi dari pahala orang yang
mengamalkannya sedikitpun.”(HR. Ibnu Majah)
وعن
أبي هريرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : الدنيا ملعونة و ملعون
ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالما ومتعلما
Dari Abu Hurairah, dia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Dunia adalah terlaknat dan terlaknat sesuatu yang ada didalamnya,
kecuali berdzikir kepada Allah dan yang mengikutunya, serta orang yag alim dan
orang yang mau belajar.” (HR. At-Tirmidzi) dan dia menghasankan serta
diriwayatkan ibnu majah.[5]
Keutamaan Menuntut Ilmu
Ø Ilmu didahulukan sebelum amal
Ø Ditunjukkan dan dimudahkan untuk meniti jalan mehuju surga
Ø Merupakan tanda bahwa seseorang dikehendaki atasnya kebaikan oleh
Allah
Ø Malaikat membentangkan sayap-sayapnya karena ridho kepada penuntut
ilmu
Ø Dimintakan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumi, bhakan
ikan-ikan dilautan
Ø Ulama’ (orang-orang yang ber ilmu) adalah pewari para nabi
Ø Para nabi hanya mewariskan ilmu tiada yang lain
Ø Barang siapa yang mengambil ilmu berarti ia telah mengambil bagian
yang banyak.[6]
B.
Hadits
tentang menghargai waktu
عن
ابن عبس رضي الله عنه قال: رسول الله صلي الله عليه وسلم قال: ﺇﻏﺗﻨﻢ ﺧﻤﺴﺎ ﻘﺒﻞ ﺧﻤﺲ؛
ﺤﻴﺎﺗﻚ ﻘﺒﻞ ﻤﻮﺗﻚ٬ ﻮﺼﺤﺗﻚ ﻘﺒﻞ ﺴﻘﻤﻚ ٬ﻮﻔﺮﺍﻏﻚ ﻘﺒﻞ ﺷﻐﻠﻚ ٬ﻮﺷﺒﺎﺒﻚ ﻘﺒﻞﻫﺮﻤﻚ٬ ﻮﻏﻨﺎﻚ ﻘﺒﻞ ﻓﻘﺮﻚ
Artinya:
Dari ibnu Abas r.a. berkata rasulullah saw, bersabda: “memanfaatkan
lima keadaan sebelum datangnya lima; masa hidup sebelum datang matimu, masa
sehatmu sebelum sakitmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, masa muda sebelum
masa tuamu dan masa kayamu sebelum masa fakirmu”
Penjelasan Hadis:
Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu masa muda
hendaklah dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencapai kebaikan, kesuksesan, dan
keberhasilan, karena masa mudalah kita mempunyai ambisi, keinginan dan
cita-cita yang ingin kita raih, bukan berarti masa tua menghalangi kita untuk
tetap berusaha mencapai keinginan kita, tapi tentulah usaha masa tua akan
berbeda halnya dengan usaha saat kita masih muda. Maka dari itu masa muda
hendaklah diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat hingga tidak menyesal
di kemudian hari.
Pergunakan masa luangmu sebelum datang masa sibukmu. Disini kita
dianjurkan untuk menghargai waktu, agar bisa diisi dengan hal-hal yang
bermanfaaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Misalnya, menengok
saudara ketika ada kesempatan sebelum kesibukan menghampiri kita, hingga tidak
sempat lagi untuk sekedar mengunjungi kerabat, atau segera menyelesaikan
pekerjaan yang tertunda, sebelum datang pekerjaan yang lain, agar tidak
bertumpuk terus dan justru mebuat kita semakina malas.
Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Sehat adalah
sebuah Anugerah, lihatlah ke Rumah Sakit, berapa banyak orang harus tertahan
aktifitasnya karena sakit. Berapa banyak biaya yang harus di keluarkan untuk
mendapatkan kesembuhannya. Hal ini juga anjuran agar kita senantiasa waspada
pada segala kemungkinan yang sifatnya diluar prediksi manusia, seperti halnya
sakit. Sakit disini bukan sebatas sakit jasmani, tapi juga sakit rohani. Maka
ketika
kita sehat jasmani-rohani, hendaknya kita senantiasa mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat tanpa mengulur-ngulur waktu. Ingatlah bahwa sehat adalah modal yang paling berharga.
kita sehat jasmani-rohani, hendaknya kita senantiasa mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat tanpa mengulur-ngulur waktu. Ingatlah bahwa sehat adalah modal yang paling berharga.
Pergunakanlah waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu. Tidak
terlalu jauh berbeda dari penjelasan di atas, ketika kekayaan ada pada kita,
baik itu berupa materi atau lainnya, maka hendaknya kita memanfaatkannya
sebaik-baiknya, jangan menghambur-hamburkan. Pergunakan untuk kemaslahatan,
sodaqoh , zakat infaknya jangan ketinggalan. Dan Jadikan kekayaan kita sebagai
faktor pendorong sekaligus pelancar kita dalam beribadah kepada Alloh.
Pergunakan hidupmu sebelum datang matimu yang terakhir ini
merupakan cakupan dari empat hal diatas. Ketika kita diberi kehidupan maka
hidup yang diberikan pada kita itu sebenarnya merupakan kesempatan yang tiada
duanya. Karena kesempatan hidup tidak akan datang untuk kedua kalinya.
Kehidupan harus dijalani sesuai tuntutan kemaslahatannya. Lima hal itu
merupakan inti misi dan visi hidup manusia, karena kunci kesuksesan itu terletak
pada bagaimana kita “mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya”.[7]
Pada akhir hadis itu dijelaskan, gunakanlah waktu sehatmu untuk
menghadapi waktu sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi waktu kematian.
Ketika sehat, kita mampu melakukan berbagai aktivitas. Kesehatan harus kita
manfaatkan. Jika sudah jatuh sakit, biasanya baru kita menyesalinya. Ketika
masih diberi hidup oleh Allah swt, mari kita gunakan untuk memperbanyak ibadah.
Apabila kematian sudah datang, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan.
Dalam al qur’an juga disebutkan dalam Surah Al-Ashr
ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ ¨bÎ) z`»|¡SM}$# ’Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Artinya:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.” (
QS Al Ashr :1)
Manusia dan keturunannya itu pasti
merugi dalam amal perbuatan mereka, kecuali orang-orang yang meyakini
keberadaan Allah dan keesaan-Nya secara benar. Mereka juga meyakini kitab-kitab
yang Allah turunkan kepada para Rasul mulia. Mereka kemudian melaksanakan amal
saleh yang diridhai Allah. Selain itu, diantara mereka saling berwasiat dengan
kesabaran untuk tidak bermaksiat (yang dirasa ringan oleh jiwa yang lemah) dan
kesabaran untuk melaksanakan ketaatan (yang dirasa berat dalam melaksanakannya
oleh jiwa yang kuat). Mereka itu adalah orang-orang yang beruntung dan menang.[8]
Al-Qur’an mengaitkan dengan sangat
erat antara waktu dan kerja keras, antara lai, melalui surah Al-“ashr. Disisi
lain istilah-istilah yang digunakannya untuk menunjuk waktu (masa) mengandung
makna-makna yang sangat mendalam dalam memantapkan budaya kerja yang
didambakannya.
Paling tidak ada empat kata yang digunakannya untuk menunjuk pada
waktu. Pertama, “ashr. Kata ini biasa diartikan dengan “waktu menjelang
terbenamnya matahari”, dan diartkan pula sebagai “masa secara mutlak”. Kata
‘ashr sendiri bermakna “perasaan”, seakan-akan masa harus digunakan untuk
memeras pikiran dan keringat, dan hal ini hendaknya dilakukan kapan saja dan
sepanjag masa.
Waqt (waktu), digunakan dalam arti “batas akhir kesempatan atau
peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa oleh karena itu, sering kali
Al-Qur’an menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu masa. Sesungguhnya
sholat itu adalah kewajiban atas orang-orang mukmin yang tertentu
waktu-waktunya (QS Al-Nisa’ 4 :103)
Kata ini memberi kesan keharusan adanya pembagian teknis tentang
masa yang dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan
seterusnya), di samping keharusan adanya penyelesaian sesuatu dalam
bagian-bagian tersebut, dan tidak membiyarkannya berlalu hampa. “Rezeki yang
tidak diperoleh hari ini, masih dapat diharapkan perolehannya lebih banyak esok
hari, tetapi waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkin kembali esok.
Apabila ada dua alternative untuk melakukan satu diantara dua
perkerjaan yang sama dan memiliki nilai yang sama pula, maka hendaknya dipilih
pekerjaan yang memakan waktu lebih singkat. Ketika Nabi Sulaiman a.s. bermaksud
mendatangkan singgasana Ratu Bilqis dan menanyakan siapa yang mampu untuk itu,
seorang jin jenius berkata, “Aku mampu mendatangkannya sebelum engkau beranjak
dari tempat dudukmu, “dan seorang manusia yang diberi ilmu oleh Allah swt.
berkata, “Aku mampu menghadirkan singgasana itu sebelum tuan mengejapkan mata.”
Tentu saja tawaran terakhir inilah yang terpilih (QS. An-Naml 27: 38-40).
Disisi lain, apabila ada perkerjaan yang mengandung niali tambah dan dapat
diselesaikan dalam waktu yang sama tanpa nilai tambah, maka pilihlah pekerjaan
yang memiliki nilai tambah. Karena itu, sholat jama’ah jauh lebih dianjurkan
dari pada sholat sendirian, karena waktu yang digunakan untuk kedua sholat sama
atau tidak jauh berbeda, tetapi nilai tambah.[9]
C.
Penerapan
Kandungan Hadis Tentang Menuntut Ilmu Dan Menghargai Waktu Dalam Kehidupan
Sehari-Hari.
Penerapan kandungan hadis menuntut
ilmu dan menghargai waktu dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1.
Memanfaatkan
masa muda untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, baik secara formal maupun non
formal;
2.
Menampakkan
kesungguhan dalam belajar, baik ketika berada di dalam maupun di luar sekolah
3.
Lebih
mengutamakan penguasaan ilmu daripada memikirkan harta
4.
Rela
mengeluarkan biaya demi tercapainya suatu ilmu
5.
Rajin
menghadiri majelis ilmu
6.
Rajin
memanfaatkan waktu-waktu longgarnya untuk membaca buku-buku ilmu pengetahuan
7.
Menyetujui
dan mendukung setiap usaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
8.
Gemar
bergaul dengan orang-orang yang lebih pandai dan saleh serta mengurangi bergaul
dengan orang-orang yang tidak berilmu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Dengan
mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal kita di akherat. Dunia
bagaikan ladang. Yang hasilnya akan kita petik di akherat kelak. disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang
bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap
berlangsung sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka
perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi
orang-orang shalih.
b.
Kita tidak boleh zhalim
terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan waktu, usia dan kehidupan kita.
Jangan sampai kita salah langkah dalam menghabiskan usia. Jangan sampai kita
lebih suka bersenang-senag dan bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia
dan berharga. Setiap kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga
bertambah. Hubungan dan relasi bertambah, waktu berkurang dan kekuatan melemah.
Waktu yang kita miliki di usia tua menjadi semakin sempit, tubuh melemah dan
kesehatan berkurang. Ketika kita mulai tidak berdaya kesibukan yang dimiliki
semakin bertambah.
c.
Dalam penerapan
menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling berkaitan seharusnya waktu luang
digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti setiap waktu luang digunakan
untuk mengkaji pengetahuan, digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal
yang bermanfaat demi kepentingan bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang
mempunyai ilmu maka harus mengamalkan ilmunya kepada orang yang masih kurang
pengathuannya maka bila ilmu semakin sering di manfaatkan akan bertambah pula
pengetahuan yang di peroleh.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Asqolani Ibnu Hajar, 2006,
Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: pustaka Azam
Asy-Syuhud Syaikh Ali bin Nayif. 2009, Shahih Fadhilah Amal.
Solo: PT Aqwam
Fatoni4ever.blogspot.com/2012/02/makalah-kandungan-hadis-tentang.html
http://ahan-kzk.blogspot.com201112materi-pendd-hadits.html
Muhaimin, Qur’an Hadist untuk Kls IX MTs, Bandung: Grafindo
media pratama, 2008. Hal:66
Shihab M. Quraish. 2007, Secercah Cahaya Ilahi HIdup bersama
Al-Qur’an. Bandung : PT Mizan Putaka.
Wadud Abdul.,dkk. 2000.
Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah Kelas 3. Semarang:PT.Karya Toha Putra. h. 27
0 comments:
Post a Comment